Wednesday, August 3, 2011

No.106


loe pernah gak sik mengalami keadaan seperti ini:
ketika loe gak punya siapa-siapa, lalu seseorang masuk ke hidup loe.
tiba-tiba hidup loe dibuat berwarna sama dia.
dia selalu ada buat loe.
tapi hanya segitu aja.
dia memberikan semua yang dia bisa kasih ke elo.
tapi hanya segitu aja.
dia gakkan pernah bisa jadi pasangan loe.
dan disini, ketika ada yang sakit hati,
bukan salah yang masuk ke hidup loe-nya.
tapi salah yang sakit hati (yaitu: elo)

kenapa gak pernah belajar dari pengalaman yang sudah-sudah...
bahwa ketika bertemu keadaan seperti ini, jangan pernah pakai hati.
atau elo yang menyesal kemudian.

mungkin di dunia ini ada dua tipe manusia.
yang bisa dimaintain.
dan yang hobi maintain orang lain.

mungkin yang maintain suka sama loe juga tapi suka doang. bukan buat dipacarin.
atau sesimple dia butuh selalu punya orang yang memuja dia.
atau dia kesepian. kehadiran loe membuat dia senang.
dan atau atau atau yang lain...


well...
berapa kali gue harus menelan ludah sambil berkata pada diri sendiri bahwa ini semua adalah hasil campur tangan kesalahan gue juga.
kenapa gue bisa kalah di permainan ini.
kenapa gue kebawa arus.
kenapa gue banyak berkhayal bahwa keadaan akan berubah suatu saat nanti...

ada satu hal yang terlalu bodoh yang mestinya gue NOTED banget.

sebenernya dari awal, biasanya gue udah feeling ini arahnya akan kemana.
tapi kesenangan yang tercipta, bahagia, ketawa-ketawa dan flattered itu mengalahkan logika gue sehingga gue pun terlena.

kalau udah kayak gini, siapa yang salah?
GUE.

gue memutuskan menulis ini setelah tadi gue sempat ngobrol panjang lebar dengan satu orang dari masa lalu gue. dia yang pernah gue sayang, dia yang kemudian gue tinggalkan karena gue merasa gue hanya dimaintain doang sama dia.

tadi, pertamakalinya setelah bertahun-tahun berlalu, dia bercerita dengan terbuka...
apa yang dia rasakan terhadap semua hubungan yang pernah dia jalanin...
buat dia, itu bukan me-maintain orang.
itu adalah suatu hal sesimple elo seneng aja bisa sama-sama terus sama satu orang.
tapi hanya sebatas itu.
dan elo juga sudah menjelaskan ke orang itu bahwa elo tidak punya maksud lebih.
jadiii... kalau orang itu kemudian tetap stay di hidup loe, maka konsekuensinya harap ditanggung sendiri.

mendengarkan semua omongan dia, lama-lama pikiran gue terbuka dan buat gue... ternyata ini fair.
mungkin ini terkesan jahat.
meninggalkan bekas luka yang tajam.
tapi fair.
karena luka itu gakkan tercipta ketika gue tidak stay disitu.
jadi bisa dibilang, gue semacam merelakan diri gue dilukai....

hmmm... sepertinya gue jahat sama diri gue sendiri yah?